KONSEP KEBIDANAN
PENGARUH PARADIGMA SEHAT TERHADAP ASUHAN KEBIDANAN IBU
HAMIL
Oleh :
Dewi
triyuliyani
R0313008
PROGRAM STUDI DIII
KEBIDANAN
FAKULTAS
KEDOKTERAN
UNIVERSITAS
SEBELAS MARET SURAKARTA
2013
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan
Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahNya sehingga tugas dari
mata kuliah
Konsep Kebidanan ini dapat terselesaikan dengan
baik.
Makalah ini membahas tentang “Pengaruh Paradigma Sehat terhadap Asuhan
Kebidanan Ibu Hamil” mulai
dari definisi,
karakteristik , konsep baru makna sehat, tiga pilar indonesia sehat dan
juga strategi pembangunan kesehatan. Disini juga dijelaskan mengenai sasaran
utama pembangunan kesehatan .dan pengaruh paradigma sehat terhadap asuhan kebidanan
ibu hamil.
Saya menyadari bahwa masih
terdapat banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini. Oleh karena itu, saya mohon maaf atas segala
kekurangannya. Kritik dan saran sangat saya perlukan untuk
sempurnanya makalah ini, bahkan dalam penyusunan tugas-tugas
selanjutnya, sehingga bermanfaat bagi kita semua.
Akhir kata penulis
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah ikut membantu dalam
penyelesaian makalah ini.
Surakarta,
Oktober 2013
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.
Latar Belakang
Hidup sehat adalah hak asasi
manusia, artinya merupakan sesuatu yang sangat esensial dalam diri manusia yang
perlu dipertahankan dan dipelihara. Sehat merupakan suatu intervansi untuk
kehidupan yang produktif. Sehat bukan hal yang konsumtif, melainkan prasyarat
agar hidup kita menjadi berarti, sejahtera dan bahagia.
Kesehatan merupakan salah saru
tiga faktor utama yang sangat menentukan kualitas sumber daya manusia,
disamping pendidikan dan pendapatan (ekonomi). Oleh karena itu, kualitas
kesehatan perlu dipelihara dan ditingkatkan. Sehat juga merupakan karunia
Tuhan yang perlu disykuri. Mensyukuri karunia dapat ditunjukkan dengan
perkataan, perasaan, dan perbuatan. Bersyukur dengan perbuatan ditunjukkan
dengan memelihara kesehatan dan berupaya untuk meningkatkannya. Memelihara dan meningkatkan
kesehatan lebih efektif daripada mengobati penyakit. Oleh karena itu, upaya
peningkatan kesehatan (promosi) dan pencegahan penyakit (preventif) perlu
ditekankan tanpa mengesampingkan upaya penyembuhan dan pemulihan.
Derajat kesehatan dipengaruhi
oleh faktor lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan, dan keturunan. Faktor
lingkungan dan perilaku memiliki konstribusi yang sangat besar terhadap kualtas
derajat kesehatan. Di Indonesia sendiri derajat kesehatannya masih rendah, hal ini menuntut
adanya upaya untuk meningkatkannya. Salah satu upaya pemerintah
dalam meningkatkan derajat kesehatan adalah pemerintah
membuat satu model dalam pembangunan kesehatan yaitu PARADIGMA SEHAT. Paradigma
Sehat ini pertama kali dicetuskan oleh Prof. Dr.F.A Moeloek (Menkes RI) pada
rapat sidang DPR Komisi VI pada tanggal 15 September 1998.
Di pihak lain, faktor
lingkungan dan perilaku terkait dengan banyak sektor di luar kesehatan. Oleh
karena itu, perlu diperhatikan dampak pembangunan semua sektor di bidang
kesehatan.
Adanya transisi demografis dan
epidemologis, tantangan global dan regional, perkembangan iptek, tumbuhnya era
desentralisasi, serta maraknya
demokratis di segala bidang, mendorong perlunya upaya peninjauan
kebijakan yang ada serta perumusan paradigma baru di bidang kesehatan.
Paradigma Sehat ini
sangat penting karena bukan hanya merupakan model dalam pembangunan kesehatan tetapi juga
dijadikan model dalam Asuhan Kebidanan. Hal
ini karena paradigma
sehat dikatakan sebagai suatu perubahan sikap, orientasi atau MindSet.
2.
Tujuan
a)
Paradigma sehat merupakan upaya untuk meningkatkan
kesehatan secara proaktif.
b) Menyadarkan masyarakat pada
pentingnya peningkatan
kesehatan (promosi) dan pencegahan penyakit (preventif) tanpa mengesampingkan
upaya penyembuhan dan pemulihan.
c) Menggerakkan pembangunan
nasioal yang berwawasan kesehatan. Artinya semua sektor memiliki peran dan
pengaruh dalam bidang kesehatan. Kebijakan pembangunan semua sektor perlu
memperhatikan dampaknya dibidang kesehatan.
d) Mendorong kemandirian
masyarakat untuk hidup sehat. Artinya, memberdayakan masyarakat melalui
berbagai potensi yang ada di masyarakat. Inilah sebenarnya yang merupakan kunci
keberhasilan pembangunan kesehatan.
e) Meningkatkan pelayanan
kesehatan yang bermutu, adil dan merata yang dapat menjangkau seluruh lapisan
masyarakat, termasuk yang berada di daerah terpencil, perbatasan, serta
transmigrasi.
f) Meningkatkan kesehatan
individu, keluarga, dan masyarakat termasuk lingkungannya.
BAB
2
PEMBAHASAN
A.
Paradigma
sehat
Paradigma Sehat adalah cara pandang, pola
pikir, atau model pembangunan kesehatan yang melihat masalah kesehatan saling
berkait dan mempengaruhi dengan banyak faktor yang bersifat lintas sektor, dan
upayanya lebih diarahkan pada peningkatan, pemeliharaan dan perlindungan
kesehatan, bukan hanya penyembuhan orang sakit atau pemulihan kesehatan.
Paradigma sehat mengubah cara pandang
terhadap masalah kesehatan baik secara makro maupun mikro. Secara makro,
berarti bahwa pembangunan
semua sektor harus memperlihatkan dampaknya di bidang kesehatan, minimal
memberi sumbangan dalam pengembangan lingkungan dan perilaku sehat. Secara
mikro, berarati bahwa pembangnan kesehatan harus menekankan pada upaya promotif
dan preventif, tanpa mengesampingkan upaya kuratif dan rehabilitatif.
Lebih dari itu, paradigma sehat adalah
bagian dari pembangunan peradaban dan kemanusiaan secara keseluruhan. Paradigma
sehat adalah perubahan mental dan watak (mindset) dalam pembangunan.
Paradigma sehat adalah perubahan sikap dan orientasi, yakni:
- Pola pikir yang memandang kesehatan sebagai kebutuhan yang bersifat pasif, menjadi sesuatu yang bersifat pasif, menjadi sesuatu yang bersifat aktif, yang mau tidak mau harus diupayakan, karena kesehatan merupakan keperluan dan bagian dari hak asasi manusia (HAM).
- Sehat bukan hal yang konsumtif, melainkan suatu investasi karena menjamin tersedianya SDM yang produktif secara sosial dan ekonomi.
- Kesehatan yang semula hanya berupa penanggulangan yang bersifat jangka pendek ke depannya akan menjadi bagian dari upaya pengembangan SDM yang bersifat jangka panjang.
- Pelayanan kesehatan tidak hanya pelayanan medis yang melihat bagian yang sakit/ penyakit tetapi merupakan pelayanan kesehatan paripurna yang memandang manusia secara utuh.
- Pelayanan kesehatan tidak lagi terpecah-pecah (fragmented), tetapi terpadu (integrated).
- Kesehatan tidak hanya sehat jasmani, tetapi juga sehat mental dan sosial.
- Fokus kesehatan tidak hanya penyakit, tetai juga bergantung pada permintaan pasar.
- Sasaran pelayanan kesehatan bukan hanya masyarakat umum (pelayanan kesehatan pada fasilitas kesehatan umum), melainkan juga masyarakat swasta (pelayanan kesehatan untuk perorangan pribadi, misalnya homecare).
- Kesehtan bukan hanya menjadi urusan pemerintahan, melainkan juga menjadi urusan swasta.
- Biaya yang ditanggung pemerintah adalah untuk keperluan publik (seperti pemberantasan penyakit menular, penyuluhan kesehatan) sedangkan keperluan lainnya perlu ditanggung bersama dengan pengguna jasa.
- Biaya kesehatan bergeser dari pembayaran setelah pelayanan menjadi pembayaran di muka dengan model Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat (JPKM).
- Kesehatan tidak hanya berfungsi sosial, tetapi juga dapat berfungsi ekonomi.
- Pengaturan kesehatan tidak lagi tersentralisasi, tetapi telah berdesentralisai.
- Pengaturan kesehatan tidak lagi diatur dari atas (top down), tetapi berdasarkan aspirasi dari bawah (bottom up).
- Pelayanan kesehatan tidak lagi bersifat biokratis tetapi entrepreuner.
- Masyarakat tidak sekadar ikut berperan serta, tetapi telah berperan sebagai mitra.
B.
Definisi
sehat
Pada hakekatnya sehat atau kesehatan
dapat diartikan sebagai kondisi yang normal dari kehidupan manusia. Sehat atau
kesehatan seringkali dianggap sebagai sesuatu yang sudah dengan sendirinya
begitu. Sehat merupakan suatu keadaan yang tidak hanya terbebas dari penyakit
akan tetapi meliputi seluruh aspek kehidupan manusia yang meliputi aspek fisik,
emosi, sosial, dan spiritual.
Sehat adalah suatu keadaan dan kualitas
dari organ tubuh yang berfungsi secara wajar dengan segala faktor keturunan dan
lingkungan yang dimiliki. Sehat
adalah suatu keadaan seimbang yang dinamis antara bentuk dan fungsi tubuh dan
berbagai faktor yang berusaha mempengaruhinya. Sehat adalah suatu keadaan
dimana seseorang pada waktu diperiksa tidak mempunyai keluhan ataupun tidak
terdapat tanda-tanda suatu penyakit dan kelainan.
Batasan sehat menurut WHO yang
mencakup keadaan fisik, mental dan sosial sering perlu ditambah dengan sehat
spiritual. Definisi
WHO tentang sehat mempunyai karakteristik berikut yang dapat meningkatkan
konsep sehat yang positif (WHO, 1974) :
UU No. 23. 1992 tentang kesehatan
menyatakan bahwa Kesehatan
adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan hidup
produktif secara sosial dan ekonomi.
Dalam pengertian yang paling luas, sehat
merupakan suatu keadaan yang dinamis dimana individu menyesuaikan diri dengan
perubahan-perubahan lingkungan internal (psikologis, intelektual, spiritual dan
penyakit) dan eksternal (lingkungan fisik, sosial dan ekonomi). Sehat fisik
diartikan sebagai kondisi badan yang serasi dengan tanda-tanda utama kulit yang
bersih, mata yang bersinar, rambut yang subur, otot-otot bidan yang kuat, tidak
terlalu gemuk, nafas yang segar, nafsu makan yang baik, tidur yang nyenyak,
buang air besar dan kecil yang teratur, dan gerakan badan yang supel, mudah dan
terkoordinasi, semua organ badan dalam ukuran yang sebanding dan berfungsi
normal, semua alat indera berfungsi lengkap, denyut nadi dan tekanan darah
dalam keadaan istirahat dan gerakan (exercise) ada dalam batas-batas normal
menurut umur dan jenis kelamin. Sehat fisik dan mental adalah dua hal yang
tidak terpisahkan. Ada beberapa kriteria yang
harus dipenuhi untuk dapat dikatakan sehat mental, yaitu :
1) Sehat sosial. Sehat secara sosial menekankan pada kemampuan untuk hidup
bersama dengan masyarakat dilingkungannya dengan penuh rasa kebersamaan, tolong
– menolong, saling menghormati dan saling menghargai. Hidup bersama ini untuk
saling memenuhi kebutuhan hidup yang menunjang.
2) Sehat spiritual. Manusia sebagai makhluk
yang berbudaya dan berakal akan merasakan ketidaklengkapan cara hidupnya tanpa
pegangan kepada sesuatu yang bukan fisik, mental atau sosial, tapi
supernatural. Sehat secara spiritual adalah penting untuk masyarakat Indonesia
yang ajaran hidupnya adalah Pancasila, dimana sila pertamanya adalah ketuhanan
yang Maha Esa.
C.
Karakteristik
Sehat
Ø Merefleksikan perhatian pada individu sebagai manusia
Ø Memandang sehat dalam konteks eksternal & internal.
Ø Sehat diartikan sebagai hidup yang kreatif dan produktif.
D.
Konsep Baru Tentang Makna Sehat
Sehat adalah
sarana atau alat untuk hidup sehari-hari secara produktif.
1. Paradigma Baru Kesehatan
Setelah tahun 1974 terjadi penemuan bermakna dalam konsep sehat serta
memiliki makna tersendiri bagi para ahli kesehatan masyarakat di dunia tahun
1994 dianggap sebagai pertanda dimulainya era kebangkitan kesehatan masyarakt
baru, karena sejak tahun 1974 terjadi diskusi intensif yang berskala nasional
dan internasional tentang karakteristik, konsep dan metode untuk meningkatkan
pemerataan pelayanan kesehatan bagi masyarakat.
2. Upaya Kesehatan Program kesehatan
yang mengutamakan upaya penyembuhan penyakit dalam jangka panjang dapat menjadi
bumerang terhadap program kesehatan itu sendiri.
3. Kebijakan Kesehatan Baru
Perubahan paradigma kesehatan yang kini lebih menekankan pada upaya
promotif-preventif dbandingkan dengn upaua kuratif dan rehabilitatif diharapkan
merupakan titik balik kebijakan Depkes dal;am menangni kesehatan penduduk yang
berarti program kesehatan yang menitik beratkan pada pembinaan kesehatan bangsa
bukan sekedar penyembuhan penyakit.
4. Konsekuensi Implikasi dari
Perubahan Paradigma
5. Indikator Kesehatan
Indicator-indikator kesehatan yang digunakan dewasa ini yaitu IMR,CDR, One
Expectancy, masih cocok disebut sebagai indicator kesehatan penduduk.
6. Tenaga Kesehatan
Peranan dokter, dokter gigi, perawat dan bidan dalam upaya kesehatan yang
menekankan penyembuhan penyakit adalah sangat penting. Pengelolaan upaya
kesehatan dan pembinaan bangsa yang sehat memerlukan pendekatan holistic yang
lebih luas, menyeluruh, dan dilakukan terhadap masyarakat secara kolektif dan
tidak individual.
E.
Tiga
Pilar Indonesia Sehat
1)
Lingkungan sehat
Lingkungan sehat adalah
lingkungan yang kondusif untuk hidup yang sehat, yakni bebas polusi, tersedia
air bersih, lingkungan memadai, perumahan-pemukiman sehat, perencanaan kawasan
sehat, terwujud kehidupan yang saling tolong-menolong dengan tetap memelihara
nilai-nilai bangsa.
2)
Perilaku sehat
·
Perilaku merupakan hasil
seluruh pengalaman serta interaksi manusia dengan lingkungannya, yang terwujud
dalam bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan.
·
Perilaku merupakan hasil segala
macam pengalaman serta interaksi manusia dengan lingkungan yang terwjud dalam
bentuk pengetahuan, sikap, dan tindakan perilaku manusia bersifat holistik atau
menyeluruh.
·
Ibu yang mempunyai pengetahuan
dan pengalaman serta selalu melakukan hubungan atau interaksi dengan
lingkungannya maka akan mendapat informasi dalam menjaga kesehatannya.
·
Perilaku sehat yaitu bersikap
proaktif memlihara dan meningkatkan kesehatan (contoh aktivitas fisik, gizi
seimbang), mencegah risiko terjadinya penyakit (contoh : tidak merokok),
melindungi diri dari ancaman penyakit (contoh : memakai helm dan sabuk
pengaman, JPKM, berperan aktif dalam gerakan kesehatan (contoh : aktif di
Posyandu).
3)
Pelayanan kesehatan yang
bermutu
Pelayanan kesehatan yang
bermutu, adil dan merata, yang menjangkau semua lapisan masyarakat tanpa adanya
hambatan ekonomi sesuai dengan standar dan etika profesi, tanggap terhadap
kebutuhan masyarakat, serta memberi kepuasan kepada jasa.
Ukuran pelayanan yang bermutu adalah:
1. Ketersediaan
pelayanan kebidanan
2. Kewajaran
pelayanan kebidanan
3. Kesinambungan
pelayanan kebidanan.
4. Penerimaan
jasa pelayanan kebidanan.
5. Ketercapaian
pelayanan kebidanan
6.
Keterjangkauan pelayanan kebidanan.
7. Efisiensi
pelayanan kebidanan.
8. Mutu
pelayanan kebidanan.
F.
Strategi
Pembangunan Kesehatan
1)
Pembangunan nasional berwawasan
kesehatan.
Semua kebijakan nasional
yang diselenggarakan harus berwawasan kesehatan, setidak-tidaknya harus memberi
kontribusi positif terhadap pengembangan lingkungan dan perilaku sehat.
2)
Profesionalisme.
Pelayanan kesehatan yang
bermutu perlu didukung dengan penerapan berbagai kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi serta penerapan nilai-nilai agama, moral dan etika.
Profesionalisme bidan mencakup :
a)
Dalam melaksanakan tugasnya
berpegang teguh pada filosofi, etika profesi dan aspek legal.
b)
Bertanggung jawab dan
mempertanggung jawabkan keputusan klinis yang dibuatnya.
c)
Senantiasa mengikuti
perkembangan pengetahuan dan keterampilan mutakhir secara berkala.
d)
Menggunakan cara pencegahan
universal untuk mencegah penularan penyakit dan menggunakan strategi pengendalian infeksi.
e)
Menggunakan konsultasi dan
rujukan yang tepat selama memberikan asuhan kebidanan.
f)
Menghargai dan memanfaatkan
budaya setempat sehubungan dengan praktek kesehatan, kehamilan, kelahiran,
periode pasca persalinan, bayi baru lahir dan anak.
g)
Menggunakan model kemitraan
dalam bekerja sama dengan kaum wanita atau ibu agar mereka dapat menentukan pilihan yang
telah diinformasikan tentang semua aspek asuhan, meminta persetujuan secara
tertulis supaya mereka bertanggung jawab atas kesehatannya sendiri.
h)
Menggunakan keterampilan
komunikasi
i)
Bekerjasama dengan petugas
kesehatan lainnya untuk meningkatkan pelayanan kesehatan ibu dan keluarga
j)
Melakukan advokasi terhadap
pilihan ibu dalam tatanan pelayanan
kebidanan.
3)
Jaminan pemeliharaan kesehatan
masyarakat (JPKM).
Penataan sistem pembiyaan
kesehatan yang menjamin pemeliharaan kesehatan masyarakat luas.
4)
Desentralisasi.
Penyelenggaraan upaya
kesehatan harus didasarkan pada masalah dan potensi spesifikasi daerah tertentu, yang pengaturannya
disesuaikan dengan rumah tangga masing-masing daerah.
G.
Strategi
dan Sasaran Utama Pembangunan Kesehatan
Pembangunan kesehatan merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari pembangunan nasional yang diupayakan oleh
pemerintah. Dalam melaksanakan pembangunan kesehatan di tengah beban dan
permasalahan kesehatan yang semakin pelik, dibutuhkan strategi jitu untuk
menghadapinya.
Dalam mengatasi masalah kesehatan
dapat digunakan beberapa strategi utama, antara lain:
1) Menggerakkan dan memberdayakan
masyarakat untuk hidup sehat.
Sasaran utama strategi ini adalah seluruh desa menjadi desa siaga, seluruh masyarakat berperilaku hidup bersih dan sehat serta seluruh keluarga sadar gizi.
Sasaran utama strategi ini adalah seluruh desa menjadi desa siaga, seluruh masyarakat berperilaku hidup bersih dan sehat serta seluruh keluarga sadar gizi.
2) Meningkatkan akses masyarakat
tehadap pelayanan kesehatan yang berkualitas.
Sasaran utama strategi ini adalah setiaporang miskin, setiap bayi, anak, dan kelompok masyarakat risiko tinggi terlindungi dari penyakit dan di setiap desa tersedia SDM kesehatan yang kompeten.
Sasaran utama strategi ini adalah setiaporang miskin, setiap bayi, anak, dan kelompok masyarakat risiko tinggi terlindungi dari penyakit dan di setiap desa tersedia SDM kesehatan yang kompeten.
3) Meningkatkan sistem surveillans,
monitoring dan informasi kesehatan.
Sasaran utama dari strategi ini adalah setiap kejadian penyakit terlaporkan secara cepat kepada desa/lurah untuk kemudian diteruskan ke instansi kesehatan terdekat, setiap kejadian luar biasa (KLB) dan wabah penyakit tertanggulangi secara cepat dan tepat.
Sasaran utama dari strategi ini adalah setiap kejadian penyakit terlaporkan secara cepat kepada desa/lurah untuk kemudian diteruskan ke instansi kesehatan terdekat, setiap kejadian luar biasa (KLB) dan wabah penyakit tertanggulangi secara cepat dan tepat.
4) Meningkatkan pembiayaan
kesehatan.
Sasaran utama
dari strategi ini adalah pembangunan kesehatan memperoleh prioritas penganggaran
pemerintah pusat dan daerah. Anggaran kesehatan pemerintah diutamakan untuk
upaya pencegahan dan promosi kesehatan untuk terciptanya sistem jaminan pembiayaan
kesehatan terutama bagi rakyat miskin.
H.
Kaitannya dengan Asuhan Kebidanan
Midwifery care ( Asuhan Kebidanan) adalah penerapan
fungsi dan kegiatan yang menjadi tanggung jawab dalam memberikan pelayanan
kepada klien yang mempunyai kebutuhan masalah dalam bidang kesehatan ibu masa
hamil, masa persalinan, nifas, bayi setelah lahir, serta keluarga berencana.
Asuahan kebidanan merupakan metode pemberian asuhan
yang berbeda dengan model perawatan medis. Model asuhan kebidanan didasarkan
pada prinsip-prinsip sayang ibu. Adapun prinsip-prinsip asuhan kebidanan adalah
sebagai berikut:
Dinamis, tanggung jawab terhadap perubahan status
kesehatan setiap wanita dan mengantisipasi masalah-masalah potensial sebelum
terjadi. Para bidan melibatkan ibu dan keluarganya dalam asuhannya pada seluruh
bagian dalam proses pengambilan keputusan, dan dalam pengembangan rencana
asuhan kesehatan kehamilan dan pengalaman kehamilan.
Komponen-komponen asuhan
kebidanan di Indonesia digariskan dalam “Kompotensi Bidan di Indonesia”.
Kompotensi bidan tersebut dikelompokkan dalam dua kategori, yaitu yang pertama
adalah kompetensi inti dasar merupakan kompetensi minimal yang mutlak pada
seputar kehamilan dan kelahiran. Yang kedua adalah kompetensi tambahan lanjutan
yang merupakan pengmbangan dari pengetahuan dan keterampilan dasar untuk
mendukung tugas bidan dalam memenuhi tuntutan kebutuhan masyarakat yang sangat
dinamis serta perkembangan iptek. Asuhan kebidanan ini termasuk pengawasan pelayanan kesehatan
masyarakat di posyandu (tindakan dan pencegahan), penyuluhan dan pendidikan
kesehatan reproduksi wanita, keluarga dan masyarakat, termasuk persiapan
menjadi orang tua, menentukan pilihan KB, deteksi kondisi abnormal pada ibu dan
bayi, usaha memperoleh pelayanan khusus bila diperlukan (konsultasi atau
rujukan), dan pelaksanaan pertolongan kegawat-daruratan primer dan sekunder
ketika tidak ada pertolongan medis.
Ada lima aspek dasar dari
kualitas asuhan yang harus dilakukan oleh bidan pada saat persalinan yang
saling berkaitan, pada :
1) Asuhan sayang ibu amat membantu
ibu dan keluarganya untuk merasa aman dan nyaman selama proses persalinan.
Untuk memahami asuhan sayang ibu adalah dengan menanyakan pada diri kita “seperti
inikah yang ingin saya dapatkan?” termasuk juga asuhan sayang bayi.
2) Dalam memberi asuhan berkualitas
tinggi, bidan harus melindungi pasien, diri sendiri, dan rekan kerjanya dari
infeksi. Cara praktis, efektif dan ekonomis yaitu mencuci tangan, menggunakan
sarung tangan, disinfeksi alat, dan pembuangan sampah yang aman.
3) Pengambilan keputusan klinik yang
efektif adalah selama proses penatalaksanaan bidan. Dengan menggunakan
manajemen proses kebidanan para bidan dapat mengumpulkan data secara
sistematis, menginterpretasikan data dan membuat keputusan sesuai asuhan yang
dibutuhkan pasien.
4) Dokumentasi memberikan catatan
permanen mengenai manajemen pasien dan dapat merupakan pertukaran informasi
dengan para petugas kesehatan yang lain. Pencatatan dibutuhkan olen
Undang-Undang.
5) Rujukan pada intitusi yang tepat
serta tepat waktu dimana asuhan yang dibutuhkan tersedia akan menyelamatkan
nyawa ibu. Sangat penting bagi bidan untuk mengenali masalah, serta menentukan
jika ia cukup terampil dalam menangani masalah tersebut, lalu merujuk ibu untuk
mendapatkan pertolongan tepat waktu. Ketika merujuk harus diingat siapa, kapan,
kemana, dan bagaimana merujuk agar bayi dan ibu tetap selamat. Organisasi bidan
telah mengembangkan “ Kode Etik Profesi” sebagai pedoman. Salah satu contohnya
adalah kode etik bidan internasional (internasional confederation of midwife
code of ethics). Kode etik praktik dan perilaku bidan harus dipakai untuk
memfasilitasi alasan etis dan meningkatakan asuhan serta bukan untuk memberikan
penilaian moral tentang perilakunya.
I.
Pengaruh
Paradigma Sehat Terhadap Asuhan Kebidanan
Paradigma Sehat ini selain merupakan model dalam pembangunan kesehatan paradigma sehat juga dijadikan model dalam Asuhan Kebidanan, hal ini karena :
Paradigma Sehat ini selain merupakan model dalam pembangunan kesehatan paradigma sehat juga dijadikan model dalam Asuhan Kebidanan, hal ini karena :
- Dengan Paradigma sehat akan merubah cara pandang masyarakat tentang kesehatan termasuk kesehatan reproduksi, dan mendorong masyarakat menjadi mandiri dan sadar akan pentingnya upaya promotif dan preventif.
- Mengingat paradigma sehat merupakan upaya untuk menurunkan derajat kesehatan di Indonesia yang utamanya dinilai dari AKI dan AKB, maka Bidan sebagai bagian dari tenaga yang turut bertanggung jawab terhadap menurunnya AKI dan AKB perlu menjadikan paradigma sehat sebagai model.
- Paradigma Sehat merupakan suatu gerakan nasional sehingga Bidan pun harus menjadikan paradigma sehat sebagai model atau acuan. Paradigma sehat dikatakan sebagai suatu perubahan sikap, orientasi atau MindSet.
J.
Manfaat
Paradigma Dikaitkan Dengan Asuhan Kebidanan
Dengan adanya paradigma dapat mengubah cara pandang
seorang bidan dalam pemberian pelayanan baik individu, keluarga dan masyarakat. Hubungan yang
dijalankan harus berdasarkan rasa hormat, timbal balik dan saling percaya.
Bidan dalam memberikan asuhan kepada
kliennya diharapkan dapat memahami bahwa:
1. Wanita/perempuan yang sedang dalam asuhannya
adalah merupakan pribadi yang unik, kehamilan, persalinan dan masa nifas dapat
dipengaruhi oleh perilaku, lingkungan dan keturunan.
2. Sehinnga bidan dalam memberikan asuhan dapat
mengendalikan faktor-faktor tersebut, atau memiinimalkan pengaruh yang ada
dengan memberdayakan perempuan dan keluarganya.
3. Meningkatkan kesehatan ibu dan bayinya adalah
tujuan utama asuhan kebidanan.
BAB III
KESIMPULAN
Paradigma sehat berorientasi pada
cara
memaksimalkan potensi sehat pada individu melalui perubahan prilaku. Dengan paradigma sehat bidan dapat
menentukan tingkat kesehatan klien sesuai dengan rentang sehatnya,
sehingga faktor risiko yang meliputi variabel genetik dan psikologis klien dapat diperhatikan dalam mengidentifikasikan tingkat
kesehatan klien. Paradigma sehat ini efektif jika digunakan untuk membandingkan tingkat kesejahteraan saat
ini dengan tingkat kesejahteraan sebelumnya. Sehingga bermanfaat bagi bidan
dalam menentukan tujuan pencapaian tingkat kesehatan yang lebih baik di masa
yang akan datang.
Terdapat tiga komponen dari Paradigma Kesehatan,
antara lain :
1. Membantu bidan memahami berbagai
faktor yang dapat mempengaruhi persepsi, keyakinan dan perilaku klien serta
membantu bidan membuat rencana kebidanan yang paling efektif untuk membantu
klien, memelihara dan mengembalikan kesehatan serta mencegah terjadinya
penyakit.
2. Menjelaskan alasan keterlibatan klien dalam aktifitas
kesehatan.
3. Peningkatan kesehatan merupakan
upaya memelihara atau memperbaiki tingkat kesehatan klien saat ini. Sedangkan
penyakiy merupakan upaya yang bertujuan untuk melindungi klien dari ancaman
kesehatan yang bersifat actual maupun sosial.
Di dalam memberikan pelayanan kebidanan perlu
memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan ibu dan anank seperti
perilaku masyarakat, keturunan dan lingkungan yang semua ini tercamtum dalam
paradigma sehat sebagai model asuhan kebidanan ibu hamil. Dalam menjalankan
profesi kebidanan, diperlukan tanggung jawab dan profesionalisme yang tinggi.
Sehingga pemberian pelayanan dari bidan kepada pasien/klien terpenuhi. Setiap
kebutuhan dalam bantuan pertolongan persalinan, harus diperhatikan agar tidak
terjadi kesalahan pelayanan dalam asuhan kebidanan itu sendiri.
DAFTAR
PUSTAKA
Sarwono P. Ilmu Kebidanan, Jakarta, 2007.
Syofyan,Mustika,et all. 50 Tahun IBI Bidan Menyongsong Masa Depan
Depkes RI Pusat pendidikan Tenaga Kesehatan. Konsep kebidanan,Jakarta.1995
Notoatmodjo, S, 2003, Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan, Jakarta : Rineka Cipta
Syofyan,Mustika,et all. 50 Tahun IBI Bidan Menyongsong Masa Depan
Depkes RI Pusat pendidikan Tenaga Kesehatan. Konsep kebidanan,Jakarta.1995
Notoatmodjo, S, 2003, Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan, Jakarta : Rineka Cipta
Prawirohardjo,
Sarwono. 2005. Ilmu Kebidanan. EGC : Jakarta
Varney, Helen.
2007. Buku Ajar Kebidanan I. EGC : Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar